Silaturrahim Menteri Agama Republik Indonesia Bapak Lukman Hakim Saifuddin ke Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah (RH) Medan berlangsung singkat. Menurut jadwal perjalanannya, RH adalah destinasi ke 4 sebelum beliau bertolak ke Ibu Kota. Dan dalam pertemuan singkat tersebut, seluruh hadirin, tampak hikmat menyimak sambutan beliau yang menurut beberapa peserta yang hadir, sambutan tersebut adalah ungkapan tulus dari hati beliau. Karena pidato tersebut mampu mengetuk hati, demikian transkip pidato singkat beliau disalin kembali oleh sekretariat Pesantren, mudah-mudahan dapat menginspirasi para santri/wati, guru-guru dan para alumni pondok pesantren khususnya. Semoga kedatangan beliau mendatangkan berkah dan maslahat kepada kita semua. Aamiin Tutup Al-Ustadz KH. Rasyidin Bina, M.A (Direktur Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah). Jum’at, 18/11/16.
Berikut 5 Poin Penting Pidato Inspiratif Menteri Agama Republik Indonesia Bapak Lukman Hakim Saifuddin, ketika berkunjung di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. (Disarikan oleh sekretariat Pesantren dengan mengambil poin dari bahasa verbal yang langsung beliau sampaikan pada pertemuan tersebut.)
Assalamu’alaikum wr.wb
……………………………………………………….
……………………………………………………….
- Syukuri hidup di Pesantren, karena di sanalah karakter di bentuk
“Selama saya hidup lebih dari 50 tahun, tepatnya 54 tahun usia saya, kalau ditanya masa-masa terindah sebagai apakah mengarungi hidup ini, maka dengan pasti tegas saya katakan masa-masa terindah saya adalah ketika saya mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren. Tentu banyak yang membentuk karakter kita seperti sekarang dan itu patut disyukuri, ketika disekolah dasar, di sekolah lanjutan pertama, lanjutan atas, perguruan tinggi dan seterusnya dan seterusnya, tapi kalau saya boleh mengulang fase kehidupan, seperti apa yang akan saya pilih untuk saya bisa mengulang masa-masa lalu maka dengan tegas saya mengatakan itulah masa-masa ketika saya berada di pondok Pesantren.”
- Pesantren sebagai wadah pengembangan potensi generasi muda yang islami; guna menjadi pemimpin dan tokoh masyarakat di masa yang akan datang
“Saya ingin mengatakan masa-masa terindah karena disitulah kita banyak sekali mendapatkan kesempatan, peluang untuk meningkatkan potensi kita. kemampuan kita itu sesungguhnya luar biasa besarnya dan pesantren telah memberikan sentuhan-sentuhan bahkan tidak hanya sentuhan, penanaman-penanaman yang luar biasa sehingga potensi yang kita miliki itulah yang kemudian terasah, kemudian bisa teraktualisasi, bisa kemudian mewujud menjadi talenta-talenta bakat-bakat yang baik, dan Indonesia bersyukur karena Indonesia memiliki pesantren bahkan ribuan pesantren, di data kami kementerian agama tidak kurang dari 28.961 Pondok Pesantren se Indonesia dan mereka hidup bahkan sebagian sejak ratusan tahun yang lalu, usianya sudah cukup lama dan sekarang banyak sekali jabatan-jabatan strategis tidak hanya di DPR, tidak hanya di Eksekutif, tapi juga di yudikatif, di lembaga kehakiman, bahkan diluar tiga cabang kekuasaan, diluar eksekutif, legislatif, yudikatif itu banyak sekali diduduki oleh alumni-alumni pesantren, oleh karenanya saya ingin menegaskan meneguhkan kepada khususnya para santri yang ada di sini seluruh santri Raudlatul Hasanah untuk manfaatkan waktu yang tidak banyak selama kita berada di pesantren itu.”
- Manfaatkanlah waktu semaksimal mungkin selama di Pesantren, karena penyesalan selalu datang belakangan.
“Saya terus terang, saya amat sangat menyesal karena 4 tahun ketika saya di pondok pesantren di Gontor dulu itu banyak hal yang tidak saya tekuni, banyak hal yang tidak saya dalami saya sekarang baru terasa, penyesalan saya, oleh karenanya, waktu yang tidak lama, karena saudara-saudara sekalian tidak akan selamanya di pondok pesantren ini…”
- Seluruh aktifitas kehidupan di Pesantren, PERDETIKnya adalah PENDIDIKAN.
“…Suatu saat santri-santri semua akan meninggalkan pondok pesantren ini untuk mengembangkan kemampuannya di jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau langsung terjun ketengah-tengah masyarakat karenanya manfaatkan betul, karena semua peristiwa, kejadian di pondok pesantren ini tidak satu detikpun yang tidak ada makna pendidikannya, semua kehidupan kita di pondok pesantren itu hakekatnya adalah syarat dengan edukasi, syarat dengan pendidikan penuh dengan bagaimana agar, sekali lagi potensi yang kita miliki bisa terasah bisa teruji, dan lalu kemudian bisa dimanfaatkan untuk pada saatnya nanti kita terjun di tengah-tengah masyarakat, semuanya tentu hafal “Man Jadda, Wajada” Man Shobara, Zofira. Man Shara, ‘aladdarbi, wasola” saya pikir hal-hal yang seperti itu, itu betul-betul kita, tidak hanya sekedar kita hafal, tapi betul-betul melekat pada diri kita, sehingga kemudian bisa teraktualisasikan, bisa terwujud pada kegiatan kita secara nyata.”
- Ucapan terima kasih Menteri Agama Republik Indonesia kepada segenap guru-guru yang telah memberikan segalanya kepada para santri dan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya.
“Saya pikir inilah yang bisa saya sampaikan, saya mohon maaf karena waktu juga sangat terbatas, saya harus kembali ke bandara untuk kembali melaksanakan tugas-tugas di Jakarta. Selamat kepada Para santri, teruslah tekun belajar, dan saya mengakhiri sambutan ini menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga, apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh asatidz yang telah memberikan segalanya tidak hanya untuk para santri tapi untuk masyarakat Indonesia. Saya Akhiri Wabillahi Taufik Wal Hidayah.Wassalmu’alikum wr.wb.”
Demikian 5 poin penting yang disampaikan beliau, pada saat kunjungan perdananya di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Akhir kata dan harapan Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah adalah: “Gerbang pesantren selalu terbuka untuk Antum, Para santri-santriwati rindu akan arahan dan nasehat dari Antum, kami menunggu kunjungan Bapak Menteri Agama untuk kedua, ketiga, bahkan untuk kesekian kalinya, selaku mukmin dan alumni pondok pesantren yang sama-sama kita jadikan kiblat dalam mengembangkan pendidikan. kami mendo’akan semoga bapak selalu dalam lindungan dan rahmat Allah swt. Aamiin ya rabbal’alamin”